Pada tanggal 30 Nopember 2004 terjadi kecelakaan pesawat Lion Air di Bandara Adi Sumarmo Solo yang merenggut banyak korban. Tabrakan yang antara bodi pesawat dengan tembok pembatas bandara menyebabkan robeknya bodi terutama bagian depan sehingga banyak jatuh korban tewas dan luka-luka. Memang dalam kehidupan sehari-hari, kita selalu menghadapi risiko. Risiko merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan. Apakah setelah kecelakaan tersebut lalu kita tidak akan naik pesawat terbang ? Tanpa harus naik pesawat terbang pun kita dapat mengalami musibah. Tahukah anda bahwa menurut penelitian, penerbangan merupakan sarana transportasi yang paling aman saat ini ? Artinya, kemanapun kita mengelak atau menghindari dari suatu pilihan berisiko maka disitupun kita akan menghadapi risiko yang lainnya.
Orang-orang pada umumnya mengasosiasikan risiko dengan hal yang bersifat negatif, misalnya kerugian, kehilangan, bencana dan kematian. Anggapan ini tidak sepenuhnya salah namun demikian dalam konteks lain, risiko bisa mengandung hal yang positif.
Misalnya, dalam melakukan investasi selain mengandung risiko, kita juga mempunyai kemungkinan untuk memperoleh keuntungan.
Dari uraian singkat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa risiko mempunyai 4 komponen dasar :
Source merupakan sumber yang dapat memperbesar kemungkinan terjadinya kejadian berisiko
Risk Event merupakan kejadian berisiko yang dapat menimbulkan hasil baik positif maupun negatif
Consequence merupakan hasil yang dialami setelah terjadinya kejadian berisiko
Di akhir tahun 1990-an begitu banyak perusahaan di Indonesia yang harus gulung tikar. Mereka terpaksa harus mem-PHK ratusan bahkan ribuan karyawan karena tidak siap menghadapi perubahan yang begitu cepat dan drastis berupa perubahan situasi politik yang diikuti chaos diperburuk dengan krisis ekonomi yang melanda di seluruh dunia sehingga nilai rupiah menjadi terpuruk. Apabila kita mencermati perusahaan-perusahaan yang survive dalam situasi tersebut, maka umumnya mereka mempunyai kesiapan untuk itu, misalnya cadangan capital yang kuat dan melakukan diversifikasi bidang bisnis.
Manajemen risiko menjadi sangat penting dalam bisnis karena berkaitan erat dengan kelangsungan bisnis suatu perusahaan. Manajemen risiko hendaknya menjadi bagian dari business continuity plan (BCP) suatu perusahaan demi kelangsungan perusahaan itu sendiri. Sayangnya masih sedikit perusahaan yang menyadari hal ini sehingga menganggap manajemen risiko tidak terlalu penting. Contoh perusahaan yang telah mengadopsi manajemen risiko dalam operasionalnya adalah mereka yang menerapkan safety management, misalnya dalam pabrik-pabrik. Mereka mempunyai prosedur tetap yang harus dilakukan untuk mencegah disaster event atau adanya prosedur untuk emergencysituation seandainya terjadi hal-hal di luar standard operation. Meskipun demikian safety management bukanlah mencerminkan manajemen risiko seluruhnya. Safety management hanya merupakan bagian dari keseluruhan manajemen risiko. Safety management umumnya berhubungan dengan hal-hal yang bersifat kesehatan dan keselamatan kerja. Padahal manajemen risiko mencakup aspek yang lebih luas misalnya loss prevention, human resource, crime, fraud, analisa dampak lingkungan, feasibility study, dan asset management serta masih banyak lagi yang lain.
Menyadari kebutuhan untuk manajemen risiko maka sebaiknya perusahaan melakukan investasi dalam manajemen risiko sehingga memungkinkan turunnya jumlah kejadian yang tidak diharapkan. Namun perlu pula dipahami bahwa investasi tersebut mempunyai tingkat maksimum. Investasi yang terlalu besar akan membebani perusahaan sehingga menjadi tidak kompetitif. Namun sebaliknya jika investasi terlalu kecil, maka perusahaan akan bertanggung jawab atas kerugian sebagaimana disebutkan di atas akibat dari kejadian-kejadian yang tidak diharapkan. Apabila diplot antara kurva biaya-biaya kecelakaan dengan biaya investasi manajemen risiko maka akan diperoleh kurva total biaya yang mempunyai titik optimum.
Pendekatan yang digunakan dalam manajemen risiko adalah berdasarkan 3 konsep sebagaimana bagan sebelumnya : source, risk event dan consequence. Pada bagian source, analisa dilakukan untuk mengidentifikasi hal-hal apa saja yang dapat menimbulkan kejadian yang berisiko. Misalnya, dalam kasus kecelakaan Lion Air tersebut di atas. Dari segi source, kecelakaan umumnya disebabkan oleh human error dan technical error. Human error diminimalisir dengan pemeriksaan menyeluruh kondisi para crew. Apabila dari segi fisik dan mental psikologis para crew terutama para pilot dinyatakan sehat dan tidak mengalami gangguan. Sedangkan dari segi technical error, tindakan preventif yang dilakukan adalah maintenance pesawat secara berkala dan pemeriksaan akhir sebelum pesawat take-off. Dalam hal ini penulis yakin bahwa ada prosedur yang sangat ketat baik dari pabrik pesawat itu sendiri misalnya Boeing, Airbus dan McDonnel maupun dari pemerintah yang harus dijalani setiap maskapai penerbangan untuk ini.
Pada bagian risk event adalah mengenai langkah-langkah yang harus dilakukan pada saat terjadi kecelakaan pesawat. Sebagian besar dari kita tentunya pernah naik pesawat dan mengetahui adanya kartu petunjuk keselamatan di tiap-tiap kursi. Selain itu, juga ada peragaan dari video ataupun dari para crew sesuai dengan civil aviation regulation. Misalnya bagaimana seharusnya posisi penumpang pada saat melakukan pendaratn darurat yaitu dengan membungkukkan badan dan mengeratkan safety belt. Hal ini semuanya memang bertujuan untuk meminimalisir risiko dari kecelakaan pesawat terbang berdasarkan riset dan penelitian ilmiah. Namun demikian timbul pertanyaan, kalau kita tidak mengetahui bahwa akan ada prosedur pendaratan darurat bagaimana kita siap mengambil posisi tersebut ?
Kemudian pada bagian consequence, fokusnya kepada tindakan pasca terjadinya kebakaran yang bertujuan menimalisir kerugian yang lebih luas dan memastikan bahwa kejadian tidak akan terulang. Misalnya, penyelidikan secara intensif penyebab musibah, pemberian santunan kepada para korban, dan yang paling penting adalah pemulihan operasional perusahaan agar dapat berjalan kembali normal secepat mungkin pasca terjadinya musibah. Menarik sekali apa yang telah dilakukan oleh manajemen Lion Air yang dengan cepat mengumumkan pada masyarakat luas dan menyatakan akan memberikan kompensasi kepada para korban. Dari perspektif manajemen risiko, tindakan yang dilakukan manajemen ini adalah upaya untuk menyelamatkan brand image dari kehancuran sekaligus memberikan jaminan kepada masyarakat. Dengan demikian kepercayaan dan loyalitas masyarakat paling tidak tetap terpelihara walaupun tentu saja korban jiwa tidak pernah dapat dikompensasi dengan materi. Ini merupakan salah satu bentuk tanggung jawab kepada publik di samping perlu juga menyampaikan hasil penyelidikan seluruhnya kepada masyarakat bagaimana kronologis dan penyebab kecelakaan pesawat tersebut sesungguhnya secara jujur dan tidak berorientasi pada kepentingan tertentu.
Dari sini kita dapat menafsirkan secara implisit bahwa manajemen risiko membutuhkan rantai komunikasi yang efektif. Dalam lingkungan organisasi yang sangat kompleks, rantai komunikasi mulai dari jenjang direktur ke bawah tidak boleh terputus dan tidak mengalami bias. Di sinilah peran tree communication yang efektif berperan penting. Pendokumentasian prosedur standar pada manajemen risiko disatukan dalam suatu acuan yang biasanya disebut crisis management guide atau sejenisnya. Petunjuk ini merupakan bagian yang terpisahkan dengan BCP dan bukan bersifat ‘mati’ yang mutlak tidak dapat diubah sampai kapan pun dan oleh siapapun. Seiring dengan perkembangan organisasi perusahaan dan perubahan lingkungan maka petunjuk ini pun idealnya di-update sesuai dengan kebutuhan. Perubahan yang dilakukan harus sepengetahuan oleh para pejabat yang bersangkutan dan di sinilah lagi-lagi peran komunikasi yang efektif. Apabila terjadi risk event, dalam petunjuk ini diatur antara lain langkah-langkah yang harus diambil, person-in-charge yang harus segera diberi tahu, sejauh mana pihak di luar struktur organisasi perusahaan yang wajib tahu dan lain sebagainya.
Sebagai penutup dan bahan pertimbangan, apabila anda saat ini termasuk pada jajaran para pengambil keputusan, siapkah anda apabila :